Senin, 06 Desember 2010

SINOPSIS BUKU


Dia, Tanpa Aku



Ada seorang cowok yang bernama RONALD, ia menyukai seorang gadis yang bernama CITRA. ANDIKA adalah seoarang teman dekat Ronald sejak SMP, andika selalu menemani Ronald untuk mendapatkan Citra yang sekarang duduk dibangku kelas tiga SMP. Ronald ingin PDKT sama dia, tetapi Roanld masih menunggu dia hingga tamat SMP dan masuk SMA. Karena belum pernah PDKT Ronal dan Andika selalu meliat Citra dari depan gerbang gerbang sekolah Citra.

Suatu ketika hari hujan deras sehingga Ronal dan Andika meneduh dihalte yang tak jauh dari sekolah Citra. Citra yang anaknya aktif dan jahil, siang itu didepan sekolah Citra yang sehabis hujan itu tergenang air lalu ia melompat di genangan air dan membasahi baju, sepatu, dan tas temannya itu, tiba-tiba temannya tersebut ga rela kalau baju dan sepatu mereka dibasahi oleh Citra, dan anak-anak langsung mengejar Citra. Kemudian Roanld dan Andika melihat Citra yang sedang lari terpontang-panting dikejar teman-temannya itu, Ronald dan Andika langsung menyembunyikan Citra dari kejaran teman-temannya itu. Lalau Citra pun berkenalan dengan Ronald dan mengucapkan terima kasih. Berhari-hari Ronald menunggu hingga Citra masuk SMA, terlebih lagi Ronald ingin membeli kaos dan celana jins yang dipajang ditoko konter, harganya si cukup mahal, dan terlebih lagi si Ronald belum punya uang untuk membeli baju tersebut yang rencananya ingin dipakai pada saat PDKT dengan Citra.

Ronald dan Andika memutuskan untuk menabung yang uangnya itu untuk digunakan membeli baju yang dipajang ditoko konter tersebut. Ronald pun segera memesan baju tersebut kepada penjaga koneter. Ronald meminta kepada Andika untuk menterkatir sekali-sekali. Tetapi berbeda dengan apa yang dijanjikannya, malah Ronald minta traktirannya setiap hari, terlebih lagi Ronald kalau makan ngambilnya ayam goreng melulu, hal ini membuat Andika tekor. Untuk mengatasi hal tersebut, keesokan harinya Ronald pun membawa lontong dan bakwan udang yang cukup untuk mereka berdua, mereka menyantap makan itu digedung lama sekolah mereka, suatu ketika seoorang guru meliatnya sedang menyantap lontong dan bakwan udang tersebut malah dituduh sedang nyabu, kemudian mereka dibawa keruang kepala sekolah dan diintrogasi. Al hasil mereka berdua tidak terbukti sedang nyabu, terlebih lagi kepala sekolah memesan lontong dan bakwan udang mereka untuk guru-guru dan sebagai permintaan maaf karena telah menuduh mereka yang tidak-tidak. Uang untuk membeli kaospun sudah terkumpul, Ronald pun langsung menuju took konter yang menjual kaos tersebut. Tahun ajaran barupun tiba. Ronald tidak menyangka bahwa adiknya tersebut satu sekolah dengan Citra.

Jadi Ronald bisa membuat alas an untuk mengantar dan menjemput adiknya itu, agar bisa bertemu dengan Citra. Hari ke-3 MOS pun telah usai, Ronald sibuk berdandan untuk PDKT ke rumah Citra. Jam demi jam dilalui Ronald untuk mempersiapkan hari yang spesial itu. Ronald membeli sebuah Buket Bunga yang akan diberikan kepada Citra. Andika mengantar Ronald dengan menggunakan Taksi, Ronald menjaga baik-baik Buket Bunga tersebut. Andika menganntarkan Ronald sampai di depan gang rumah Citra. Ronald tidak menghiraukan hal lain.

Tidak dirasakan sesuatu yang datang. Ronald hanya sibuk dengan Buket Bunganya. Pengemudi sedan yang memanfaatkan kelengangan jalan dengan menambah kecepatan. Tidak diduganya seseorang akan muncul dari deretan mobil-mobil yang terpakir. Rem berdecit sia-sia !

Semua bisa mendengar kerasnya bunyi hantaman itu. Logam yang beradu dengan daging dan tulang. Tubuh itu rebah. Tanpa sempat mengeluarkan sedikit pun suara. Darah mengalir. Buket bunga itu terlepas dari tangan. Terlempar. Menghantam aspal jalan dengan keras. Rebah dan… patah. Namun satu kuncup tertinggal. Tergenggam erat dalam jemari Ronald. Mawar. Putih. Warna tanpa warna, hingga segala macam warna yang dapat diinginkan bisa ditampilkan. Andika berlari, menangkap tubuh Ronald dan memeluknya kuat-kuat. Namun sekuat apapun pelukan, takan bisa menghalangi kematian.

Reinald pun tidak terima atas kematian kakaknya itu. Reinald selalu menyalahkan si Citra yang telah membuat kakaknya itu meninggal. Hari demi hari delewati Reinald dan Citra. Suatu hari Reinald memasuki kamar Ronald dan memandang foto kakaknya dan bilang kalau ia sukan dengan ceweknya tersebut. Tak disengaja suatu hari Reinald dan Citra mendenagrkan radio yang berkisah tentang percintaan. Penelpon yang menceritakan bernama TOM. Tom tersebut menceritakan kisahnya mirip dengan kisah yang dialami Reinald dan Citra. Lalu mereka berdua mengunjungi makam Ronald. Dan mereke berdua jadian untuk selamanya.